Posted by : Putra Pradana
Senin, 22 Juli 2019
Seperti yang telah aku ceritakan pada bagian sebelumnya
Teramat banyak yang memengaruhi terciptanya sebuah rindu.
Entah itu jarak, Kehilangan, kepergian atau ketertinggalan.
Hal - hal tersebut mencetus kelahiran sebuah rindu.
Namun, pada kenyataan hubunganku denganmu
aku mengalami fase dimanya aku ditinggal olehmu tanpa sebab.
Membuat rasa hangat yang dahulu begitu nikmat berganti dengan sebuah rindu yang teramat dingin
Diam tanpa satu pun ucap.
Waktuku kini dikendalikan oleh rasa rindu apalagi saat malam datang.
Rindupun telak menikamku habis - habisan.
Kadang aku heran,
Saat lelah datang rindu sering kali tidak mengerti.
Ia senang berkediaman dengan diriku
Membuat mataku sulit memejam
Membuat logika dan pikiranku menjadi berantakan.
Bila sudah demikian,
Apa yang begitu indah dari sebuah kata rindu kalau bukan menikmati kesendirian?
Merayakan sepi pada kehampaan masing - masing.
Saling memeluk diri pada keheningan rindu yang begitu bising
Saling memenjarakan harapan, saling memenjarakan harapan untuk bertemu
menikmati air mata sebagai satu - satunya hidangan wajib kala kita merindu.
kadang aku bepikir ingin membunuh rasa rindu ini.
Tapi, saat aku mencoba menikamnya semakin hatiku merasa tertusuk pisau yang kutancapkan sendiri.
Disaat aku ingin menjaga jarak dengan rindu, rindu malah semakin kurasa dekat.
Atau rindu sudah benar - benar melekat pada hati dan pikiran ini?
jikalau memang sudah melekat, begitu cepatkah ia bertempat pada hati ini.
Atau ini adalah sebuah kado dari keterpisahan kita yang tidak beralasan?
Kalau benar ini adalah kado, kapan aku menerimanya ?
mengapa aku memilih ia saat semuanya sudah berakhir?
bukankah saat kamu pergi, tidak ada satu pun pemberian yang kamu tinggalkan?
Rindu itu pemaksa yang tidak bisa ditolak.
ia seperti tuan, dan aku selayak budak yang harus menuruti semua keinginannya.
Aku tidak akan sanggup mengutarakan kata menolak.
Sekalipun hal - hal yang dilakukan bertolak belakang dalam segi rasional.
walau terkadang diriku terlihat sangat kuat.
namun pada rindu diriku bisa saja lemah dan terikat.
membelenggu diriku sendiri oleh rindu yang kuciptakan sendiri.
lalu yang aku temukan ialah keterpaksaan - keterpaksaan yang berusaha untuk kunikmati.
diriku menolak, namun hatiku tidak bisa berbuat banyak.
dirimu adalah rumah, tempat rasaku berkediaman.
namun saat kita saling diam, terpaku oleh jarak, terbunuh oleh kepergian,terpenjara pada kehampaan dan mendapati kehilangan.
rindu akan berkediaman dan bermukim pada hati kita yang tidak lagi aman